Sabtu, 09 Juli 2022

Pilihanku

 



Menjadi wartawan adalah pilihanku sejak aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Aku menyukai dunia tulis menulis karena ayahku juga seorang wartawan. Aku sering diajak beliau menyusuri desa-desa di kampung halamanku nun jauh di sana. Aku melihat bagaimana sikap dan keteguhan beliau mencari berita. Bagaimana penduduk setempat menerima beliau dan berkeluh kesah mengenai kesulitan hidup mereka. Ayahku sangat mencintai pekerjaannya sehingga beliau bersedia menempuh perjalanan puluhan hingga ratusan kilometer demi mendapatkan berita terbaik untuk disajikan kepada para pembaca di media tempat beliau bekerja. 

Menggunakan vespa kesayangannya, aku sering dibonceng ayah menemui warga yang tinggal di pelosok pulau. Meski saat itu aku tidak paham dengan percakapan mereka, tapi aku banyak melihat hal-hal yang tidak pernah aku lihat di sekitar rumahku. Perjalanan yang membutuhkan waktu berjam-jam saat itu sangat aku nikmati. Walaupun vespa kesayangan Ayah sesekali mogok di tengah jalan hingga kami harus berjalan kaki mencari tempat perbaikan. 

Pernah sekali waktu, vespa ayah mogok di pematang sawah. Saat itu aku sedikit kesal karena aku sangat kepanasan. Tapi aku tetap membantu ayah hingga vespa itu bisa digunakan kembali. Karena kejadian itu, aku mulai menolak mengikuti ayah ke pelosok-pelosok desa 😄

Karena rasa sukaku pada pekerjaan ayah, aku mulai belajar menulis. Ternyata tulisan-tulisanku cukup bagus untuk seorang pemula. Ayahpun sesekali mengajarkan cara menulis yang benar. Selain mengajar menulis, ayah juga mengajarkanku cara menggunakan kamera. Dengan kemampuan menulis yang menurutku cukup baik dan kemampuan mengambil gambar dengan menggunakan kamera, aku pun mulai mencoba mengirim tulisanku ke sebuah majalah. Majalah itu memiliki kolom kecil mengenai aktivitas anak muda. Kebetulan, setelah lulus Sekolah Menenang Pertama (SMP), aku dan teman-teman sekelasku berlibur ke lokasi air terjun yang cukup terkenal di daerahku. Aku mengambil beberapa foto air terjun yang aku siapkan untuk ku kirim ke majalah tersebut. Setelah itu aku membuat tulisan pendek mengenai perjalananku dan ku kirim ke majalah tersebut.

Ternyata, tulisanku terpilih untuk ditampilkan di majalah tersebut. Aku sangat senang karena itu adalah tulisan pertamaku yang muncul di majalah dan tentunya aku juga mendapat uang tanda terima kasih dari majalah tersebut. Uang itu aku pergunakan untuk membeli dompet yang sangat aku inginkan.

Sejak itu, aku merasa memiliki bakat untuk menjadi seorang penulis atau wartawan. Aku merasa kemampuan ayah menurun padaku meski sampai saat ini, aku tetep merasa ayahlah wartawan terbaik di mataku.

Di Sekolah Menengah Atas (SMA) aku mendapat kesempatan untuk unjuk gigi. Saat itu, kami mendapat tugas membuat kliping dengan tema tertentu. Karena ayah adalah wartawan sebuah koran terkemuka di Indonesia, maka di rumah, banyak sekali tumpukan koran. Dari koran itulah, aku mulai membuat kliping. Aku mencari pembahasan di koran yang sesuai dengan tema. Tidak hanya mengkliping koran, aku juga membuat tulisan yang isinya merupakan ringkasan dari kliping koran itu.

Tugas kliping itu tidak hanya untuk mendapatkan nilai, tetapi juga dilombakan. 3 pemenangnya akan mewakili sekolah untuk berlomba di tingkat Provinsi. Dan.... klipingku menjadi salah satu yang terpilih mewakili sekolahku. Aku pun berlomba di tingkat Provinsi. Meski aku hanya mendapat posisi ketiga di tingkat provinsi, tapi aku sangat bahagia karena aku setidaknya memiliki prestasi di sekolahku berkat bakat menulisku.

Sejak saat itulah, aku memutuskan dan memilih jalan hidupku sebagai wartawan. Aku mencintai dunia tulis menulis ini. Aku merasa, tulisan bisa mewakili apa yang aku rasakan dan aku alami. Aku tidak memikirkan pekerjaan lain selain menjadi wartawan. Meski aku masuk ke kelas Fisika (A1) saat itu, tapi keinginanku menjadi seorang awartawan tidak pernah pudar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pilihanku

  Menjadi wartawan adalah pilihanku sejak aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Aku menyukai dunia tulis menulis karena ayahku...